Kota Hamelin sedang terkena wabah tikus. Petani, penjual, perawat dan semua penduduk resah. Suatu hari datanglah seorang pengembara. Ia menghadap pak walikota.
'' Aku akan mengusir seluruh tikus, asal penduduk kota berjanji memberiku uang emas sebagai imbalan, '' kata pengembara.
Pak walikota tak yakin dengan kemampuan pengembara, maka ia mengiyakan. Maka pergilah sang pengembara ke alun - alun kota. Kini ia jadi peniup seruling. Ajaib, begitu suling ditiup, tikus - tikus menjadi pengikut sang pengembara. Bak penyihir. Tikus - tikus itu dibawa pengembara ke gunung dan mereka pun meloncat ke dalam jurang.
Penduduk Hamelin bahagia sekali. Namun pak walikota ingkar. Selain pemarah, pak walikota memang licik, '' Satu keping emas cukuplah ''. Menjadi pengusir tikus sangatlah mudah.
'' Karena bapak ingkar, '' kata pengembara. '' Aku akan mengambil harta yang paling berharga di kota ini sebagai pengganti. ''
Para penduduk pun menyimpan semua hartanya. Ketika bulan purnama, terdengar lagi suara seruling. Tiba - tiba anak - anak kota Hamelin menjadi pengikut sang pengembara. Mereka patuh dan gembira. Mereka menuju gua bersinar di gunung.
Mereka masuk ke dunia tempat peri dan makhluk ajaib tinggal. Akhirnya, mereka pun tak pernah kembali. Hanya seorang anak laki - laki yang kembali karena tak sempat masuk ketika pintu bercahaya menutup. Ia menceritakan kepergian teman - temannya. Para orang tua kota Hamelin menyesali kecurangannya dan menangisi anak - anak mereka.
0 komentar
Ayo berikan pendapat dan komentarmu tentang postingan ini!
Karena pendapat dan komentarmu sangatlah berarti :D