Teater
Buatlah panggung di depan kelasmu. Pilihlah sebuah cerita, lalu ajak teman - temanmu untuk menjadi pemeran. Ajak temanmu yang tidak berperan, bernyanyi sebagai pengganti musik. Siap? Sekarang mintalah gurumu duduk sebagai penonton. Seperti itulah pertunjukkan teater. Ada panggung, ada pemain yang memerankan satu tokoh, musik dan juga penonton.
Bentuk Panggung Teater
Teater Yunani
Terdiri dari tiga bagian bertingkat. Tingkat terbawah tempat para pemain beraksi. Tingkat kedua berbentuk lingkaran menjadi tempat para pemusik dan penari. Para penonton duduk di tingkat ketiga yang berbentuk setengah lingkaran.
Teater Romawi
Para penonton duduk di bagian berbentuk setengah lingkaran menyaksikan para pemain beraksi di atas panggung bertingkat.
Teater Terbuka
Antara panggung dan tempat penonton tak ada pembatasnya. Para penontonnya kadang dapat turut terlibat dalam percakapan para pemain di atas panggung.
Panggung Empat Sisi Melingkar
Para penonton duduk di keempat sisi panggung. Para pemain memasuki panggung melalui lorong - lorong di antara tempat penonton.
Topeng Kuno Amfiteater
Tahun 55 SM aku digunakan oleh seorang pemain utama sebuah pertunjukkan teater. Pada masa itu topeng seperti aku sangat penting. Tata rias belum dikenal. Jadi untuk membedakan setiap pemain, topeng sangat dibutuhkan.
'' Saatnya kita beraksi, " si pemain utama membelaiku dengan penuh kekaguman.
Saat itu aku dan si pemain utama beraksi di gedung pertunjukkan teater yang disebut Amfiteater. Aku rasa 40.000 penduduk kota Roma selalu menjadi penonton kami.
Namun, hari seperti itu telah lama berlalu. Gedung Amfiteater telah runtuh ribuan tahun silam. Aku terkubur dibawahnya dan baru ditemukan beberapa abad yang lalu. Sayang, aku tak lagi digunakan untuk pertunjukkan teater. Aku kini sendiri mengenang masa lalu di salah satu sudut museum.
Si Pembisik
Ssssst... kamu tahu, untuk sebuah pertunjukkan teater, para pemain harus menghapalkan ribuan kalimat untuk diucapkan. Namun di tengah pertunjukkan mereka terkadang lupa.
Hihihi, mereka beruntung memiliki aku... si pembisik! Penonton tak akan melihatku karena aku berada di sebuah lubang tersembunyi di panggung. Setiap kali seorang pemain lupa kalimatnya, mereka akan mendekati tempat persembunyianku.
Dan aku akan membisikkan kalimat yang harus diucapkan. Ssst... aku dengar langkah mendekat! Seorang pemain sepertinya sedang lupa. Aku permisi dahulu, sobat. Saatnya si pembisik beraksi.
Buatlah panggung di depan kelasmu. Pilihlah sebuah cerita, lalu ajak teman - temanmu untuk menjadi pemeran. Ajak temanmu yang tidak berperan, bernyanyi sebagai pengganti musik. Siap? Sekarang mintalah gurumu duduk sebagai penonton. Seperti itulah pertunjukkan teater. Ada panggung, ada pemain yang memerankan satu tokoh, musik dan juga penonton.
Bentuk Panggung Teater
Teater Yunani
Terdiri dari tiga bagian bertingkat. Tingkat terbawah tempat para pemain beraksi. Tingkat kedua berbentuk lingkaran menjadi tempat para pemusik dan penari. Para penonton duduk di tingkat ketiga yang berbentuk setengah lingkaran.
Teater Romawi
Para penonton duduk di bagian berbentuk setengah lingkaran menyaksikan para pemain beraksi di atas panggung bertingkat.
Teater Terbuka
Antara panggung dan tempat penonton tak ada pembatasnya. Para penontonnya kadang dapat turut terlibat dalam percakapan para pemain di atas panggung.
Panggung Empat Sisi Melingkar
Para penonton duduk di keempat sisi panggung. Para pemain memasuki panggung melalui lorong - lorong di antara tempat penonton.
Topeng Kuno Amfiteater
Tahun 55 SM aku digunakan oleh seorang pemain utama sebuah pertunjukkan teater. Pada masa itu topeng seperti aku sangat penting. Tata rias belum dikenal. Jadi untuk membedakan setiap pemain, topeng sangat dibutuhkan.
'' Saatnya kita beraksi, " si pemain utama membelaiku dengan penuh kekaguman.
Saat itu aku dan si pemain utama beraksi di gedung pertunjukkan teater yang disebut Amfiteater. Aku rasa 40.000 penduduk kota Roma selalu menjadi penonton kami.
Namun, hari seperti itu telah lama berlalu. Gedung Amfiteater telah runtuh ribuan tahun silam. Aku terkubur dibawahnya dan baru ditemukan beberapa abad yang lalu. Sayang, aku tak lagi digunakan untuk pertunjukkan teater. Aku kini sendiri mengenang masa lalu di salah satu sudut museum.
Si Pembisik
Ssssst... kamu tahu, untuk sebuah pertunjukkan teater, para pemain harus menghapalkan ribuan kalimat untuk diucapkan. Namun di tengah pertunjukkan mereka terkadang lupa.
Hihihi, mereka beruntung memiliki aku... si pembisik! Penonton tak akan melihatku karena aku berada di sebuah lubang tersembunyi di panggung. Setiap kali seorang pemain lupa kalimatnya, mereka akan mendekati tempat persembunyianku.
Dan aku akan membisikkan kalimat yang harus diucapkan. Ssst... aku dengar langkah mendekat! Seorang pemain sepertinya sedang lupa. Aku permisi dahulu, sobat. Saatnya si pembisik beraksi.
2 komentar
Wah,. Paling gk bisa aku kalau jdi pemain teater
ReplyDeleteHaha, kita sama gan
DeleteAyo berikan pendapat dan komentarmu tentang postingan ini!
Karena pendapat dan komentarmu sangatlah berarti :D